PENDIDIKAN SEKSUAL

Oleh: Dr. Jasim Al-Muthawwa'

Kebanyakan orangtua tidak mengajarkan pendidikan seksual kepada anak-anaknya karena beberapa alasan, baik karena mereka tidak tahu cara menyampaikan informasi kepada mereka, atau rasa malu untuk membuka topik ini di depan anak-anak, atau karena tidak memiliki informasi yang benar untuk menyampaikan ke anak-anak dan membiarkan mereka menerima informasi dari luar atau dari smartphone yang kadang memberi mereka informasi dengan cara yang salah atau informasinya sendiri yang mungkin salah.

Karena itu, saya ingin menulis 47 langkah praktis yang dibagi berdasarkan usia untuk membantu para orangtua membimbing dan mengajarkan pendidikan seksual kepada anak-anak, yaitu sebagai berikut:

Anak Usia 0-2 tahun:

  1. Mengeluarkan anak dari kamar tidur orangtuanya selama masa mu’āsyarah (berhubungan).
  2. Jangan biarkan siapa pun mengubah pakaian anak dan melihat auratnya.
  3. Jangan membiasakan meraba area aurat.
  4. Jangan biarkan anak di rumah sendirian bersama pembantu.
  5. Ketika membersihkan kotorannya, jangan berkata “Wuek, baunya busuk”, tapi katakan “Ini adalah sampah yang sehat”. 
  6. Ketika anda berbicara tentang aurat bicaralah dengan cara yang positif agar tidak membenci tubuhnya.

Anak Usia 2-6 tahun:

  1. Jangan pergi keluar rumah sendirian di waktu malam atau sore.
  2. Memberi pemahaman (anak perempuan) bahwa tidak ada yang boleh menyentuh  area auratnya.
  3. Jika melepas pakaian, maka lepaslah  setelah memastikan pintu kamar ditutup.
  4. Jangan pernah menanggalkan pakaian di luar rumah dengan alasan apa pun. 
  5. Jangan biarkan anak perempuan pergi dengan sopir sendirian. 
  6. Jangan biarkan (anak perempuan) bermain dengan kerabat lelaki yang lebih tua darinya sendirian.
  7. Biasakan mengenakan pakaian dalam yang panjang.
  8. Mengajarkan cara duduk yang benar (tidak membuka kakinya atau pakaiannya diangkat). 
  9. Tidak memasuki kamar sopir atau pembantu. 
  10. Menumbuhkan pengawasan diri jika kemudian matanya melihat pemandangan yang melanggar adab.
  11. Mulailah dipisah tempat tidurnya dari saudara laki-lakinya.
  12. Membiasakan mereka tidur miring ke kanan, dan menjelaskan bahwa tidur tengkurap adalah makruh.
  13. Mulai mengajarkan adab meminta izin (isti’dzān) sebelum masuk ke kamar orangtuanya.

Anak Perempuan (6-10 tahun): 

  1. Mengenalkan makna baligh dan siklus bulanan (menstruasi) 
  2. Menjelaskan makna kekerasan seksual dan pelecehan seksual.
  3. Menjelaskan kenapa tidak boleh keluar sendirian dengan sopir atau bermain dengan anak laki-laki yang lebih tua.
  4. Mengajarkan mereka memiliki sifat malu dan memandang yang halal.
  5. Mengarahkan mereka untuk menjauhi pakaian terbuka, ketat, atau transparan di depan saudaranya.
  6. Memperingatkan dari teman-teman sekolah yang sering mendekati dan menyentuh tubuhnya 
  7. Menceritakan kisah Nabi Yusuf dengan istri Al-‘Aziz

Anak Laki-Laki (6-10 tahun): 

  1. Menjelaskan arti baligh dan mimpi basah.
  2. Menjelaskan tentang kekerasan seksual dan menceritakan beberapa kisah. 
  3. Berhati-hati dari teman-teman sekolah agar tidak mencium dan menyentuh rambut atau kontak fisik.
  4. Mengajarkan tentang malu dan pandangan yang halal
  5. Menceritakan kisah Nabi Luth dan kaum homoseksual 

Anak Perempuan (10-15 tahun):

  1. Menjelaskan cara terbentukya janin dan satu-satunya cara Islam melalui pernikahan 
  2. Menjelaskan pentingnya memakai hijab dan alasan yang yang mewajibkannya.
  3. Menjelaskan dampak negatif dari berkhalwat dengan seorang pemuda asing. 
  4. Menjelaskan bagaimana tata cara mandi dan thaharah (bersuci).
  5. Menjauhi gadis-gadis yang bercerita tentang ketertarikannya kepada pemuda atau situs porno. 
  6. Agar tidak menanggapi setiap pemuda yang berhubungan dengan dirinya melalui media sosial.
  7. Mengajarkan bagaimana bersikap dengan pemuda yang menaruh kekaguman padanya atau memuji kecantikannya.
  8. Ibunya fokus menyertainya dan memposisikan sebagai sahabat agar ia berterus-terang dengan kekhususannya yang bersifat emosional.

Anak Laki-Laki (10-15 tahun): 

  1. Menjelaskan kepada anak proses terbentuknya janin dan satu-satunya cara Islam melalui pernikahan.
  2. Menjelaskan pentingnya menahan pandangan.
  3. Menjelaskan sebab larangan berkhalwat dengan lawan jenis non-mahram.
  4. Menjelaskan agar menjauhi para pemuda yang berbicara hal-hal pornografi. 
  5. Menjelaskan batasan-batasan berinteraksi dengan anak gadis jika ia belajar di sekolah umum atau asing. 
  6. Membuka diskusi seputar topik emosional dan seksual dari waktu ke waktu untuk mengetahui apa yang ada dalam dirinya. 
  7. Berbicara tentang penyakit menular seksual dan penyebabnya (AIDS, herpes dan lain-lain). 
  8. Mengingatkan anak untuk bertaubat dan beristighfar jika melakukan kesalahan seksual atau emosional.

47 langkah praktis ini orangtua bisa menerapkannya pada anak-anak. Dianjurkan untuk diulang pemahaman ini lebih dari sekali saat diterapkan, karena pengulangan sangat penting dalam proses pendidikan terutama anak-anak kecil, kadang mereka tidak menyadari dimensi pendidikan seks, karena mereka berpikir bahwa kebanyakan orang adalah baik dan setia. Mereka tidak berfikir ada orang-orang yang mungkin mengeksploitasi anak-anak untuk kepentingan syahwat dan kemaslahatan mereka sendiri.

Salah satu hal yang membantu orangtua dalam keberhasilan pendidikan seks adalah informasi fikih yang disampaikan oleh orangtua kepada anak-anak, khususnya hukum-hukum thaharah dan mandi, dan juga menceritakan kisah Maryam dan bagaimana ia melahiran ‘Isa ‘alaihissalam tanpa seorang lelaki. Di samping juga memperingatkan dari gambar-gambar dan video porno yang ada di (instagram, twitter, facebook dan kik) serta media sosial lainnya tanpa kita mencari-cari kesalahan mereka (tajassus). Penting sekali agar kita tidak membuat mereka merasa dikhawatirkan sampai ke tingkat waswas, karena hal itu membuat mereka fokus pada sisi seksual melebihi yang lainnya.

Kami tutup dengan trilogi pendidikan terpenting dalam menjaga anak-anak kita dan mengajarkan pendidikan seksual dengan cara yang benar. Hendaknya hubungan antara kita dengan mereka harus dibangun atas dasar (kepercayaan, ilmu, dan keamanan). Kepercayaan itu yang memperpanjang masa hubungan antara orangtua dan anak-anak. Adapun ilmu agar orangtua menjadi referensi informasi seksual mereka.  Sedangkan keamanan tampak dalam kondisi jika anak telah melakukan kesalahan seksual, maka harus memberi rasa aman dan kita memberitahu bagaimana memperbaiki kesalahannya, kita beri kepercayaan dan dukungan agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Dikutip dari buku, “SMART ISLAMIC PARENTIG, Bijak & Cerdas Mendidik Anak” hal. 244


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.